Detasemen Jala Mengkara
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Detasemen
Jala Mangkara
|
|
Masa tugas
|
|
Negara
|
|
Kecabangan
|
|
Tipe unit
|
|
Spesialisasi
|
Anti-bajak kapal laut
Anti-bajak pesawat udara segala bentuk teror aspek laut/darat/udara perang kota/hutan/pantai/laut sabotase intelijen & kontra-intelijen |
Jumlah personil
|
200-an orang
|
Bagian dari
|
|
Markas
|
|
Julukan
|
Denjaka
|
Motto
|
Satya Wira Dharma
|
Warna seragam
|
Hitam, baret ungu
|
Persenjataan
|
Minimi 5,56 mm, g36, HK416, HK PSG1, SS-1, CZ-58, Styer
AUG, SS-2, HK 53, UZI, SPR-1 MP5, Beretta 9 mm, SIG-Sauer 9 mm, HK P30
|
Komando tempur
|
|
Komandan
|
|
Tokoh berjasa
|
* Mayjen TNI (Mar) Gafur
Chaliq
* Mayjen TNI (Mar) Djoko Pramono * Letjen TNI (Mar) Nono Sampono * Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin |
Detasemen Jala
Mangkara (disingkat Denjaka)
adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan gabungan
antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL.[1] Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir
Cilandak
dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan
Teror Aspek Laut). Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Intinya Denjaka
memang dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa
dioperasikan di mana saja terutama anti teror aspek laut. Denjaka dibentuk
berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir
No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984.
Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di
laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek laut.
Sejarah
Pasukan
Khusus AL
Profil Prajurit Denjaka
Pada tanggal 4 November 1982,
KSAL
membentuk organisasi tugas dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla).
Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman
aspek laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya.[2]
Pada tahap pertama, direkrut 70
personel dari Batalyon Intai Amfibi
(Taifib) dan Komando Pasukan Katak
(Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat
dengan asistensi Komandan Korps Marinir.
KSAL
bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.[2]
Detasemen
Jala Mangkara
Melihat perkembangan dan kebutuhan
satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan
membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13 November 1984),
Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut. Merunut keputusan KSAL, Denjaka
adalah komando pelaksana Korps Marinir yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror,
antisabotase, dan klandesten aspek laut atas perintah Panglima TNI.[2]
Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak
pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit
terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya,
satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah
laut maupun lewat udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu
Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan
latihan gabungan dengan US Navy
SEAL.[2]
Organisasi
satuan
Denjaka terdiri dari satu markas
detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur. Sebagai unsur
pelaksana, prajurit Denjaka ditutut memiliki kesiapan operasional mobilitas
kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang
berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu
juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan
vertikal dari udara.
Pendidikan
yang dilakukan
Kursus awal
Setiap prajurit Denjaka dibekali kursus
penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan:
- Intelijen,
- Taktik dan teknik anti-teror, dan anti-sabotase,
- Dasar-dasar spesialisasi,
- Komando kelautan dan keparaan lanjutan
Kursus ini dilaksanakan setiap
kurang lebih 5,5 bulan bertempat di Jakarta dan sekitarnya.
Kursus
lanjutan
Dilanjutkan dengan materi
pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela
diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara,
penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut,
kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut,
penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang
terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan
survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Persenjataan
Untuk mendukung operasi personel
Denjaka dibekali antara lain submachine gun MP5,
HK PSG1, Daewoo K7,
senapan serbu G36,
HK416,
M4,
Pindad
ss-1, CZ-58,
senapan mesin ringan
Minimi M60, Daewoo K3,
serta pistol Beretta, HK P30 dan SIG Sauer 9 mm.
Komandan
Beberapa perwira yang pernah
memimpin Denjaka antara lain adalah Letjen TNI (Mar) Nono Sampono (AAL 1976), Mayjen
TNI (Mar) Yusuf Solichin dan Letjen TNI (Mar) M. Alfan
Baharudin (AAL 1981). Komandan Denjaka yang sekarang menjabat adalah
Kolonel Marinir
Nur Alamsyah.
Pasukan Denjaka
Daftar
Komandan Denjaka
Berikut daftar Komandan Denjaka:
NO.
|
NAMA
|
DARI
|
SAMPAI
|
1.
|
|||
2.
|
|||
3.
|
|||
4.
|
|||
5.
|
|||
6.
|
|||
7.
|
|||
8.
|
|||
9.
|
|||
10.
|
|||
11.
|
|||
12.
|
|||
13.
|
|||
14.
|
|||
15.
|
|||
16.
|
|||
17.
|
sekarang[3]
|